ilustrasi penjualan property 2012 |
JAKARTA, KOMPAS.com - Benar bahwa untuk Indonesia, krisis global belum berdampak negatif tahun ini. Paling tidak, itu yang dirasakan kalangan pengembang perumahan.
Rata-rata target yang mereka patok pada awal tahun terlampaui. Tengok saja penjualan PT Summarecon Agung Tbk. Pada 2011 ini, Summarecon berhasil menjual sekitar 2.500 unit rumah tapak atau landed house kelas menengah dan menengah atas.
Walhasil, omzet yang diperoleh akan mencapai Rp 2,8 triliun hingga Rp 2,9 triliun. Padahal, target di awal tahun hanya Rp 2,3 triliun. Rumah-rumah Summarecon tersebut berada di Serpong, Kelapa Gading, dan Bekasi. Perbandingan kontribusi ketiganya sebesar 40:35:25.
Johanes Mardjuki, Presiden Direktur Summarecon, juga memastikan, penjualan tersebut tidak hanya melewati target, tetapi juga naik dari tahun lalu. Ia enggan mengungkapkan kenaikan tersebut dibanding pad 2010. Namun ia memastikan, kenaikan omzet tersebut bukan hanya karena jumlah unit yang terjual naik, tetapi juga karena peningkatan harga.
Gambaran serupa juga terjadi di PT Ciputra Development Tbk. Tulus Santoso, Direktur Keuangan Ciputra menjelaskan, tahun ini PT Ciputra berhasil menjual sekitar 7.000 hingga 8.000 unit landed house.
Menurut Tulus, omzet yang telah diperoleh juga telah melewati targetnya. Ciputra mematok target Rp 3,9 triliun, dan kini omzet diperolehnya telah mencapai Rp 4,5 triliun. Kenaikan omzet tahun ini dibanding tahun lalu mencapai sekitar 30%.
Maka, tidak aneh kalau Nurul Yaqin, Direktur perusahaan broker Ben Hokk Property menyebut tahun ini sebagai tahun emas. Ben Hokk sendiri tahun ini bisa menjual sekitar 300 unit rumah baik biasa maupun rumah kelas menengah dan menengah atas yang harganya berkisar antara Rp 1,4 miliar hingga Rp 5 miliar. Adapun yang rumah biasa sendiri adalah tipe 36/40.
Total omzet yang diperoleh, menurut Nurul, sekitar Rp 300 miliar. Omzet tersebut naik 5% dari omzet tahun 2010.
Optimisme 2012
Johanes mengatakan, penjualan yang menggembirakan tahun ini karena berbagai faktor. Yang pertama tentu saja karena ekonomi yang tetap tumbuh sehingga daya beli masyarakat meningkat, selain karena suku bunga bank yang sangat menguntungkan properti.
"Suku bunga relatif rendah. Daya beli masyarakat ada. Maka, permintaan hunian meningkat dan duit masyarakat lari ke properti," kata Johanes, Selasa (27/12/2012) kemarin.
Sementara itu, menurut Tulus, kenaikan tersebut juga terdorong oleh aktivitas pemasaran produk baru. "Kami ada 23 proyek tahun ini," ujarnya. Tulus melihat pasar properti tahun 2012 akan menggembirakan. Ia yakin, Ciputra akan bisa menjual hingga 10.000 unit di tahun depan.
Untuk mencapai target tersebut, Ciputra akan mengembangkan daerah-daerah baru di Indonesia bagian timur. Menurut survei, kata Tulus, Palu dan Papua merupakan kawasan yang potensial. Dan kalau tahun ini hanya menggarap 23 proyek, tahun depan Ciputra menargetkan 30-40 proyek baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berikan Komentar Anda